Buton Utara – Karyaha (Sunatan) atau Pengislaman sudah menjadi kewajiban Umat muslim untuk anak-anak berusia 7 tahun ke atas atau sudah Aqil baligh.
Seperti Tradisi Sunatan (Karyaha) atau Pengislaman di Desa Morindino, Kecamatan Kambowa, Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara.
Tasman, Tokoh Masyarakat Di Desa Morindino menjelaskan ada beberapa prosesi adat yang harus dilalui bagi anak-anak yang akan melakukan karyaha (sunatan).
“Banyak prosesi yang harus dilalui saat melakukan tradisi prosesi karyaha ini,”ungkapnya.
Beberapa prosesi Karyaha (sunatan) yang harus dilalui diantaranya:
Pertama, Seorang anak yang di Karyaha harus melakukan Posuo (hombona) atau pingitan selama dua malam atau bahkan sampai satu minggu.
“Anak-anak yang dipingit ini dimasukkan dalam satu tempat atau kamar bertujuan agar tidak terkena matahari supaya cantik & ganteng sambil mendengar nasehat dari orang tua,”kata Tasman.
Lanjut, Setelah melakukan Posuo (Hombona) atau pingitan, Anak-anak tersebut akan dimandikan oleh orang tua adat dan nantinya akan dipakaikan sarung dan baju.
Setelah itu, Lanjut ke kegiatan inti yakni Sunatan (Karyaha) atau pengislaman dan dilakukan dengan nasehat-nasehat tobat.
“Habis dikasih mandi anak tersebut akan dipakaikan baju dan sarung untuk di sunat sambil di berikan nasehat-nasehat untuk menata masa depan lebih baik sesuai dengan syariat Islam salah satunya menghargai orang tua dan menjalankan shalat 5 waktu,”ungkap Tasman.
Lanjut, anak yang telah di sunat (Karyaha) atau di islamkan memakai baju adat Buton yang kemudian digendong atau dipikul untuk di antar ke rumah tempat pelaksanaan acara dari tempat mereka melakukan pingitan.
“Anak yang sudah sunat akan digendong atau dipikul dari rumah mereka dipingit di antar ke rumah tempat pelaksanaan acara,”ujar Tasman.
Tasman menambahkan setelah dipikul atau digendong anak-anak yang disunat dari rumah satu ke rumah berikutnya disambut dengan silat atau pangaru (tarian menggunakan alat senjata tajam).
“Anak-anak tersebut akan disambut dengan salah satu tarian adat yang biasa dikenal dengan pengaru atau tarian menggunakan senjata tajam,”jelasnya.
Setelah semua prosesi terlaksana, maka selanjutnya akan dilakukan doa bersama atau haroa dengan menyajikan hidangan makanan tradisional seperti waje, Cucur, Lapa-lapa, Pisang dan Telur dalam sebuah wadah yang ditutup kain putih.
“Terakhir setelah semua prosesi terlaksana akan berdoa bersama atau haroa dengan beberapa sajian makanan di dalamnya dan ada makanan tradisionalnya,”pungkasnya.
Salah satu orang tua dari anak yang melaksanakan karyaha Hamly mengatakan bahwa prosesi sunatan adalah hal yang harus dilaksanakan sebagai umat muslim dan semoga
kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi dalam menjalankan perintah Allah SWT.
“Saya berharap dengan terlaksananya kegiatan Prosesi Sunatan putra putri kami, Semoga kelak mereka menjadi anak yang lebih baik dan terus menjalankan semua perintah Allah SWT seperti shalat 5 waktu dan yang lainnya,”ungkapnya. (HR / DN)